1. Pemanfaatan Potensi Saluran Drainase
Kelurahan Tulusrejo merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Lowokwaru. Sistem jaringan drainase di Kelurahan Tulusrejo merupakan sistem drainase campuran dan guna lahan terbanyak di Kelurahan Tulusrejo merupakan perumahan. Berdasarkan hasil survey (pengamatan secara langsung di lapangan) dan hasil analisis terhadap debit air limpasaan saluran (Qlimpasan), debit air buangan rumah tangga (Qrumah tangga), debit air maksimum saluran (Qsaluran), dan debit air maksimum (Qtotal), diketahui bahwa sebagian besar saluran drainase di Kelurahan Tulusrejo telah mencukupi sesuai dengan proyeksi penduduk hingga dua puluh tahun mendatang.
Perancanaan sistem drainase dibagi menjadi dua tahapan perencanaan, yaitu perencanaan konvensional dan perencanaan ekodrainase. Perencanaan sistem drainase dalam tahapan konvensional dilaksanakan dalam empat cara, yaitu normalisasi saluran, penambahan dimensi saluran, penambahan saluran baru, dan penambahan bangunan oelengkap sistem drainase di Kelurahan Tulusrejo. Perencanaan drainase secara ekodrainase dilaksanakan dengan menambahkan inovasi drainase pada Kelurahan Tulusrejo. Inovasi yang tepat digunakan untuk wilayah Kelurahan Tulusrejo, yaitu lubang resapan biopori, sumur resapan, dan rain harvesting.
A. Pemanfaatan Potensi Drainase Kelurahan Tulusrejo
Kelurahan Tulusrejo memiliki beberapa lahan tak terbangun yang berupa lahan
kosong, Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik, serta pemakaman. Setiap lahan tak terbangun tersebut memberikan fungsi tersendiri untuk sistem drainase di Kelurahan Tulusrejo.
B. Perencanaan Potensi Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan salah satu inovasi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan sistem drainase di Kelurahan Tulusrejo. Sumur resapan difungsikan sebagai pencegah banjir. Fungsi utama sumur resapan adalah menampung dan meresapkan air hujan di bawah permukaan tanah.
Sesuai dengan SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan, syarat perencanaan sumur respaan, yaitu
1. Sumur resapan harus berada pada tanah yang relatif datar.
2. Air yang masuk ke dalam sumur resapan harus air hujan yang tidak tercemar.
3. Pembangunan sumur resapan harus mempertimbangkan keamanan bangunan yang berada di sekitar lahan tempat pembuatan sumur resapan.
4. Memeperhatikan peraturan daerah setempat.
5. Sumur diletakkan pada air tanah minimum setinggi 1,5 meter pada musim hujan
6. Tanah tempat peletakan sumur resapan harus memiliki nilai permeabilitas (kemampuan menyerap) yang tinggi, yaitu sekitar 2,0 cm/jam.
7. Sumur resapan yang dibuat untuk menampung air hujan atau sebagai peresapan air bersih harus berjarak 3 meter dari bangunan.
8. Jarak minimum terhadap pondasi bangunan, yaitu 1 meter.
9. Jarak sumur resapan dengan bidang resapan atau sumur resapan tangki septik berjarak 5 meter.
Perhitungan debit limpasan pada satu sumur resapan dapat dicari dengan perhitungan
Q = 5,5. R. K. H
Keterangan:
Q = debit air masuk (m3/detik)
R = Jari – jari sumur (m)
K = Koefisien permeabilitas tanah (1,5 . 10=4)
H = Tinggi muka air dalam sumur (m)
C. Perencanaan Potensi Lubang Resapan Biopori
Menurut Kamir R. Brata dalam Teknik Pembuatan Lubang Resapan Biopori,
lubang resapan biopori berfungsi sebagai konservasi (tanah dan air serta berfungsi sebagai salah satu cara penanggulangan sampah organik. Biopori merupakan liang di permukaan tanah yang dibentuk oleh akar tanaman, hewan – hewan yang berhabitat di tanah, maupun mikroorganisme yang dapat membantu penggemburan tanah.
Lubang resapan biopori sebagian besar dibuat dengan diameter diameter 10 cm dan kedalaman yang berkisar 100 cm untuk setiap lubang. Setiap lubang resapan biopori dapat diletakkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik dan privat, namun peletakan lubang resapan biopori harus ada di atas lapiran air tanah.
Lubang biopori adalah salah satu penerapan sistem drainase ekodrainase atau drainase ramah lingkungan karena selain bisa berfungsi dalam proses composting, juga berfungsi sebagai alat untuk menyuburkan tanah dan berperan dalam menyuburkan tanah dan memepercepat penyerapan air.
Perencanaan peletakan lubang resapan biopori di Kelurahan Tulusrejo dimaksudkan untuk membantu penyerapan air. Air yang dapat diserap dengan cepat oleh tanah dapat menjadi salah satu solusi genangan dan solusi tepat untuk dapat mencegah banjir. Selain itu, lubang resapan biopori juga ditujukan untuk menjaga kandungan air tanah.
Pembuatan sumur resapan biopori dapat dilakukan dengan melakukan tahapan sebagai berikut (Kamir R. Brata, 2009):
1. Membuat alur aliran air. Hal tersebut ditujukan agar air tepat mengalir masuk ke dalam lubang resapan biopori.
2. Memebasahi tanah dengan air agar permukaan tanah menjadi mudah untuk dilubangi.
3. Membuat lubang dengan menggunakan bor tanah. Kedalaman lubang dapat mencapai 100 cm (di atas lapisan air tanah) dan diameter berkisar antara 10 - 20 cm.
4. Mengeluarkan tanah hasil pengeboran dan memperkuat mulut lubang dengan semen di sekitar mulut lubang biopori (jika diperlukan)
Lubang dapat digunakan dalam proses composting dengan mengisi lubang dengan sampah organik.
D. Perencanaan Potensi Rain Harvesting
Pertimbangan pembangunan Rain Water Harvesting (RWH) adalah ketersediaan
lahan, wilayah setempat harus menyetujui pembangunan rain harvesting, serta biaya dalam pembuatan rain harvesting.
Pembuatan rain harvesting bukan menjadi satu-satunya cara untuk meminimalisasikan permasalahan drainase di Kelurahan Tulusrejo, namun rain harvesting dapat menjadi salah satu solusi yang membantu untuk mengurangi maupun mencegah permasalahan baru yang mungkin saja muncul. Daerah dengan sistem drainase konvensional memiliki kendala, yaitu tidak terlalu memberikan kontribusi besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kelurahan Tulusrejo serta hanya berperan kecil dalam menangani permasalahan banjir dan genangan.

Keterangan
C = Koefisien Run-Off
I = Intensitas hujan suatu daerah
A = Luasan atap bangunan
E. Penambahan Saluran Drainase Baru
Rencana penambahan saluran drainase baru di Kelurahan Tulusejo lebih banyak dilaksanakan pada periode I (2012 – 2017), rencana tersebut telah disinkronisasikan dengan rencana sektor jalan, seiring dengan penambahan jaringan jalan baru.
Rencana penambahan saluran tersebut disesuaikan dengan lebar jalan dan proyeksi penduduk serta proyeksi guna lahan di Kelurahan Tulusrejo.
F. Penambahan Bangunan Pelegkap Drainase
Penambahan bangunan pelengkap di Kelurahan Tulusrejo didasari pada permasalahan genangan dan banjir yang sering terjadi. Penyebab utama genangan selain akibat dari eksisting permukaan tanah yang tidak rata juga dapat disebabkan karena kurangnya fasilitas bangunan pelengkap di beberapa daerah yang memiliki jenis drainase tertutup. Kurangnya bangunan pelengkap khusunya inlet dapat menyebabkan genangan tidak dapat langsung menuju ke dalam saluran.
Bangunan pelengkap drainase berupa bak kontrol didasari karena pada beberapa RW di Kelurahan Tulusrejo yang sebagian besar merupakan daerah dengan saluran tertutup dan sampah yang menghambat mengalirnya air di saluran drainase.
2. Penanganan Permasalahan Saluran Drainase Kelurahan Tulusrejo
Permasalahan sistem drainase yang sering terjadi pada musim hujan antara lain
genangan dan banjir. Selain pada musim hujan, permasalahan sistem drainase pada Kelurahan Tulusrejo juga terjadi dalam bentuk saluran yang rusak, daerah yang tidak memiliki saluran, dan banyaknya timbunan sampah di saluran drainase yang menyebabkan terjadinya sumbatan.
3. Perencanaan Jaringan Drainase Berdasarkan Proyeksi Kebutuhan Penduduk Tahun 2032
A. Main Drain
Main drain yang terdapat pada Kelurahan Tulusrejo yaitu Sungai Bantaran,
Sungai Lowokmojo, dan Sungai Lahor yang menjadi muara dari saluran conveyor dan saluran collector. Di beberapa titik tertentu lokasi main drain terdapat sumbatan dan endapan sampah yang disebabkan oleh warga yang sering membuang sampah ke sungai. Oleh karena itu, perlu adanya pengerukan endapan pada main drain agar kedalaman saluran main drain tetap terjaga dan daya tampung air limpasan menjadi normal. Selain itu, diperlukan juga penyuluhan kepada masyarakat untuk turut serta merawat dan melakukan pembersihan (normalisasi) pada main drain agar dapat berfungsi optimal.
B. Saluran Conveyor
Saluran conveyor adalah saluran yang menghubungkan antara saluran - saluran
tersier (saluran collector) dengan saluran primer (main drain) yang menampung dan mengalirkan air limpasan dan air limbah rumah tangga.
Perencanaan yang dilakukan pada saluran conveyor adalah perawatan dan
pembersihan (normalisasi), perbaikan saluran, dan penambahan dimensi saluran di beberapa lokasi saluran conveyor. Normalisasi saluran dilakukan pada lokasi-lokasi yang terdapat, sumbatan, endapan, dan ditumbuhi tanaman. Penambahan dimensi saluran pada beberapa saluran yang dimensinya sudah tidak dapat menampung debit maksimal dan penambahan saluran dilakukan pada daerah - daerah yang tidak terdapat saluran drainase. Penambahan bangunan pelengkap juga dilakukan untuk membantu mengurangi jumlah air yang melimpas di permukaan agar dapat masuk pada saluran dan sebagian limpasan dapat diresapkan ke dalam tanah.
C. Saluran Collector
Saluran collector merupakan saluran yang menampung dan mengalirkan air
limpasan dari rumah tangga dan air limpasan hujan yang kemudian disalurkan ke saluran conveyor dan kemudian mengalir ke main drain. Perencanaan yang dilakukan pada saluran collector hampir sama dengan perencanaan pada saluran conveyor, yaitu perawatan dan pembersihan (normalisasi), perbaikan saluran, penambahan dimensi saluran di beberapa lokasi saluran collector, penambahan saluran dan penambahan bangunan pelengkap drainase.
4. Proyeksi Kebutuhan Saluran Kelurahan Tulusrejo Tahun 2012 – 2032
Dalam perencanaan drainase jangka panjang perlu diketahui debit total hingga
tahun 2032. Debit total pada tahun 3032 diperoleh dengan cara yang sama dengan perhitungan debit total tahun 2012, yang membedakan hanya variabel jumlah penduduk yang disesuaikan dengan proyeksi penduduk tahun perhitungan.
Setelah proyeksi debit total diperoleh hasilnya, maka kemudian dibandingkan
dengan debit saluran. Dari perbandingan tersebut jika didapatkan proyeksi debit total lebih kecil dari debit saluran maka tidak perlu ada penambahan dimensi saluran. Namun sebaliknya, jika didapatkan debit total lebih besar dari debit saluran, maka hal tersebut menandakan bahwa saluran tidak mampu menampung debit air limpasan dan oleh sebab itu perlu adanya penambahan dimensi saluran. Berikut merupakan tabel proyeksi kebutuhan sarana drainase Kelurahan Tulusrejo pada tahun 2012, 2017, 2022, 2027, dan 2032.
D. Pembangunan Saluran Drainase Kelurahan Tulusrejo Tahun 2012 – 2032
Dengan peningakatan jumlah penduduk pada tahun 2017, 2022, 2027, dan
2032 maka akan meningkat pula debit air limpasan buangan rumah tangga yang menyebabkan perlu adanya penambahan dimensi saluran dan penambahan saluran di beberapa lokasi. Perubahan berupa penambahan atau pun penghilangan saluran juga dilakukan untuk menyesuaikian perubahan tata guna lahan yang berada di sekitar saluran. Penambahan saluran baru di Kelurahan Tulusrejo sebagian besar disesuaikan dengan penambahan rusun dan perumahan yang telah direncanakan. Berdasarkan arahan rencana, maka disusun pula indikasi program rencana srainase yang dilakukan tiap lima tahun selama empat periode.
0 komentar:
Posting Komentar